Diagnosis Penyakit Diabetes Melitus

Penyaringan Penyakit Diabetes

Jika salah satu faktor resiko diabetes di bawah ini terpenuhi, maka harus dilakukan penyaringan penyakit diabetes dengan melakukan tes gula darah puasa dan tes gula darah 2 jam setelah makan. Mengingat elakukan 2 tes di atas laboratorium klinik biasanya sama besar dengan tes toleransi glukosa, maka sebaiknya langsung saja melakukan tes toleransi glukosa.

Faktor Resiko Diabetes :
  1. Kelompok usia dewasa tua (45 tahun ke atas),
  2. Kegemukan {BB kg >120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)} IMT atau indeks masa tubuh = Berat badan (kg) dibagi tinggi badan (meter) dibagi lagi dengan tinggi badan (cm), misalnya berat badan 86kg dan tinggi badan 1,75 meter, maka IMT= 86/1,75/1,75=28> 27, berarti memiliki faktor resiko diabetes.
  3. Tekanan darah tinggi (>140/90 mmHG),
  4. Riwayat keluarga Dm, ayah atau ibu saudara kandung ada yang terkena penyakit diabetes,
  5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi >4000 gram,
  6. Riwayat DM oada kehamilan,
  7. Dislipidemia (HDL <35mg/dl dan atau trigliserida > 250mg/dl.
  8. Pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa terganggu).
Banyak orang berpendapat, bahwa orang kurus tidak dapat terkena diabetes, hal ini tidak benar, terutama orang kurus dengan perut buncit yang disebut obesitas sentral. Menurut Public Health England 2014, seseorang dengan perut buncit apakah kurus apakah gemuk dengan lingkar pinggang melebihi 80 centimeter bagi wanita dan melebihi 90 centimeter bagi pria memiliki tingkat risiko 7 kali lebih besar terkena diabetes daripada yang tidak buncit. Buncit berarti kelebihan asupan makanan dan mengundang terjadinya diabetes.

Simtoma klinis

Simtoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya: 
  • poliuria - sering buang air kecil
  • polidipsia - selalu merasa haus
  • polifagia - selalu merasa lapar
  • penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes melitus tipe 1
dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:
  • gangguan pada mata dengan potensi berakibat pada kebutaan,
  • gangguan pada ginjal hingga berakibat pada gagal ginjal
  • gangguan kardiovaskular, disertai lesi membran basalis yang dapat diketahui dengan pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron,
  • gangguan pada sistem saraf hingga disfungsi saraf autonom, foot ulcer, amputasi, charcot joint dan disfungsi seksual, dan gejala lain seperti dehidrasi, ketoasidosis, ketonuria dan hiperosmolar non-ketotik yang dapat berakibat pada stupor dan koma.
  • rentan terhadap infeksi.
Kata diabetes melitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.